Seorang teman memberi saya ide untuk memasukan serbuk Kelor ke dalam kerupuk. Menurutnya, itu cara paling mudah dan murah meningkatkan nilai asupan gizi kepada masyarakat di pedesaan. Saya pikir ada benarnya juga, karena kerupuk merupakan salah satu makanan yang banyak dikonsumsi oleh rumah tangga di pedesaan. Selain itu, kerupuk juga harganya terjangkau oleh masyarakat di pedesaan dan dikonsumsi hampir setiap hari.
Sewaktu kecil, di Pangandaran Kabupaten Ciamis, saya suka sekali camilan kerupuk jengkol, kerupuk yang adonannya ditambah dengan jengkol rebus. Ada sensasi khas sewaktu memakannya dan bikin ketagihan. Saya benar-benar berharap demikian pula dengan kerupuk Kelor ini. Saya coba bikin dengan dua rasa, pedas dan gurih.
Kebetulan, di belakang rumah banyak sekali pengrajin kerupuk dan mereka mau mencoba memasukan 50 gram serbuk daun Kelor kedalam 1 kg bahan kerupuk. Sore tadi kerupuk Kelor buatan pengrajin ini sudah jadi. Saya tanya, apakah ada kesulitan dalam membuatnya ? mereka bilang tidak ada dan tidak berpengaruh pada proses prosuksi mereka. Siiip deh J
Waktunya mencoba kerupuk Kelor buatan ibu-ibu. Awalnya degdegan juga, jangan-jangan gak bisa mengembang waktu digoreng, atau bau daun Kelornya menyengat dan mempengaruhi rasanya. Tapi alhamdulillah, semua kekhawatiran itu sirna kala melihat kerupuk mengembang saat digoreng, berasa renyah dan tidak pahit di lidah. Bau khas daun Kelor pun tidak terasa, ya persis saat saya makan kerupuk jengkol itu tadi. Dan yang paling penting, anak-anak saya suka. 🙂
Introduksi asupan nilai gizi pada kerupuk kelor, saya harap dapat meningkatkan nilai gizi yang dikonsumsi oleh masyarakat di pedesaan. Mengingat kandungan nilai gizi Kelor yang luar biasa, khususnya kandungan mikronutrien, asam amino dan zat berkhasiat lainnya yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh dari penyakit, tentunya akan berpengaruh positif pada kondisi kesehatan mereka.
Idealnya, saya memang harus mengirimnya ke laboratorium untuk mengetahui kandungan gizi didalam kerupuk Kelor ini. Dan, memperbandingkannya dengan kandungan gizi kerupuk yang saat ini beredar di pasaran atau yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di pedesaan. Tapi itu perlu biaya banyak, insya Allah jika sudah ada rizki-nya saya akan mengirimkannya ke sucofindo.
Dalam waktu dekat, saya akan bagikan kerupuk ini ke salah satu desa dan melihat respon mereka. Oh ya, pasti saya laporkan pada pemirsa, makanya ikuti terus catatan saya. 🙂