EGCG dalam Kelor berfungsi seperti INSULIN

oleh | Jun 12, 2023 | Khasiat dan Manfaat

EGCG, atau epigallocatechin gallate, adalah senyawa antioksidan dan antiperadangan kuat yang menarik perhatian karena potensi manfaat kesehatannya. Kelor, tanaman asli Asia Selatan, juga telah diakui khasiat nutrisinya, termasuk EGCG tingkat tinggi. Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi manfaat EGCG di Kelor, sifat-sifatnya, manfaat kesehatan potensial, dan bagaimana perbandingannya dengan sumber senyawa lainnya.

EGCG dan Kelor

EGCG adalah sejenis katekin, fenol alami dan antioksidan yang ditemukan di berbagai tanaman, termasuk teh hijau, kakao, dan beri. EGCG adalah katekin paling melimpah dalam teh hijau, terhitung hingga 50% dari total kandungan katekinnya. EGCG telah terbukti memiliki berbagai sifat yang meningkatkan kesehatan, termasuk efek antioksidan, anti-inflamasi, dan antikanker. EGCG juga dikaitkan dengan peningkatan kesehatan kardiovaskular, fungsi otak, dan manajemen berat badan (1)

Kelor adalah tanaman yang telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan tradisional untuk berbagai manfaat kesehatannya. Kelor adalah sumber yang kaya vitamin, mineral, dan antioksidan, termasuk EGCG. Daun kelor sangat padat nutrisi, mengandung vitamin C, vitamin A, kalsium, potasium, dan protein tingkat tinggi. Kelor juga merupakan sumber serat yang baik dan mengandung beberapa senyawa tanaman yang dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan.

Daun kelor mengandung berbagai macam antioksidan dan komponen bioaktif yang bersifat anti-diabetik seperti zat polifenol (Anwar et al 2007).  Studi manfaat teh daun kelor pada subjek manusia telah dilakukan untuk mengetahui efek anti hiperglikemik. Penelitian Howel dan Ples (2009) melakukan intervensi kepada 30 responden normal dan 13 responden hiperglikemia menggunakan glukosa darah puasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level glukosa darah pada responden normal tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada 2 jam setelah mengonsumsi teh daun kelor, sedangkan pada responden hiperglikemia, level glukosa darah menurun secara signifikan pada 2 jam setelah mengonsumsi teh daun kelor. Rata-rata penurunan glukosa darah pada responden hiperglikemia sebesar 28.15 mg/dl. Hal ini membuktikan bahwa daun kelor dapat dikonsumsi sebagai teh dan dapat mengatur glukosa darah puasa pada orang hiperglikemia. Penelitian tersebut belum dapat membuktikan glukosa darah post-pandrial responden karena yang digunakan pada penelitian dibatasi pada glukosa darah puasa.

Berdasarkan berbagai studi yang telah dilakukan, kandungan polifenol terutama epigallocatechin-3-gallate (EGCG) memiliki peran utama terhadap sifat anti-diabetik pada daun kelor. Mekanisme kerja EGCG sangat tergantung dengan bioavailabilitasnya yang ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor waktu konsumsi, yaitu sesudah atau sebelum makan. (2)

Manfaat EGCG dalam Kelor

EGCG dalam Kelor telah terbukti memiliki manfaat kesehatan potensial, termasuk sifat antioksidan dan anti-inflamasinya. Antioksidan membantu melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat merusak sel dan berkontribusi pada perkembangan penyakit kronis. EGCG telah terbukti memiliki kapasitas antioksidan yang lebih tinggi daripada vitamin C dan E, menjadikannya sebagai antioksidan kuat. (3)

EGCG dalam Kelor juga telah dikaitkan dengan efek anti-inflamasi. Peradangan kronis merupakan faktor penyebab banyak penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, kanker, dan diabetes. EGCG telah terbukti menghambat peradangan dengan memblokir produksi molekul inflamasi dalam tubuh. (4)

EGCG dalam Kelor juga dikaitkan dengan potensi efek antikanker. Penelitian telah menunjukkan bahwa EGCG dapat menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker pada berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara, prostat, dan paru-paru. (5)

Hasil dari penelitian Waltner-Law et al. (2002) menunjukkan bahwa EGCG merupakan insulinomimetic yang dapat menurunkan level produksi glukosa pada hepatoma cell lines (H4IIE) dan dapat menurunkan ekspresi gen dari enzim yang mengontrol glukoneogenesis seperti PEPCK dan G6Pase. Pada penelitian tersebut diperlihatkan bahwa EGCG bekerja menyerupai insulin, yaitu meningkatkan fosfolirasi tirosin dari reseptor insulin dan substrat reseptor insulin, serta mengurangi ekspresi gen dari enzim glukonegenik PEPCK (phosphoenolpyruvate carboxykinase). Penelitian lain menunjukkan bahwa polifenol pada teh, khususnya EGCG, dapat meningkatkan fungsi endotelial dan sensivitas insulin (Potenza et al. 2007). Penelitian yang dilakukan Collins et al. 2007 menyatakan bahwa EGCG menekan glukoneogenesis hepatik dengan memblokade aktivitas 5‘AMP-activated protein kinase (AMPK).

Membandingkan Kandungan EGCG dalam Kelor dengan Sumber Lain

Sementara teh hijau adalah sumber EGCG yang paling terkenal, Kelor telah terbukti mengandung kadar senyawa EGCG yang lebih tinggi dibandingkan dengan Teh Hijau. Satu studi menemukan bahwa daun kelor mengandung EGCG hingga 30 kali lebih banyak daripada teh hijau. (6)  Namun, penting untuk dicatat bahwa konsentrasi EGCG dalam Kelor dapat bervariasi tergantung pada kondisi pertumbuhan dan metode pengolahan yang digunakan. Tidak semua Kelor mengandung EGCG yang tinggi, kandungan EGCG dalam Kelor sangat tergantung dari bagaimana mengolahnya.

Suplemen sintetic EGCG juga tersedia di pasaran, tetapi kemanjuran dan keamanannya belum diketahui dengan baik. Mengkonsumsi EGCG dari makanan utuh seperti Teh Kelor mungkin merupakan cara yang lebih aman dan efektif untuk mendapatkan senyawa tersebut.

Kesimpulan

EGCG adalah senyawa antioksidan dan anti-inflamasi yang kuat yang memiliki potensi manfaat kesehatan. Kelor adalah sumber EGCG yang kaya, serta nutrisi bermanfaat lainnya. Memasukkan Kelor ke dalam diet seimbang mungkin merupakan modifikasi diet yang bermanfaat bagi mereka yang ingin meningkatkan kesehatannya. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum melakukan perubahan signifikan pada diet Anda.

Sumber:

  1. <https://www.healthline.com/nutrition/egcg-epigallocatechin-gallate>
  2. <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3999804/>
  3. <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6213178/>
  4. <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6213178/>
  5. <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6412476/>
  6. <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3999804/>
Share This