Budidaya

Budidaya Tanaman Kelor Sesuai Praktik Terbaik

Pembibitan Kelor

Pembibitan Kelor

Pembibitan sering kali menjadi masalah ketika hendak membangun kebun Kelor organik dalam hamparan yang luas. Penyebabnya adalah tanaman stress saat dipindahkan ke lahan. Ada banyak faktor penyebabnya. Kata kuncinya adalah membentuk bibit Kelor yang kokoh dan perakaran yang kuat. Bibit yang baik bukan yang batangnya kurus tinggi, tapi pendek dan kekar dengan daun yang rimbun. Saya akan bahas di Kelas Belajar Kelor Online, untuk apa, bagaimana dan mengapa harus seperti itu.

Tak Kenal maka Tak Sayang

Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 – 12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia selatan, dari timur laut Pakistan (33° N, 73° E), sebelah utara Bengala Barat di India dan timur laut Bangladesh di mana sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan laut, di atas tanah aluvial baru atau dekat aliran sungai. (NASIR, E.; ALI, S. I. (eds.), 1972).

Nama Kelor se Dunia

Kelor memiliki banyak nama di banyak negara. Nama-nama itu biasanya mengandung arti yang terkait dengan keunggulan dan keunikan manfaatnya, seperti Tree of Life, Sahabat para Ibu, Milik Mekkah, dll. Di Indonesia, tanaman kelor dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro. Orang-orang Madura menyebutnya maronggih. Di Sunda dan Melayu disebut kelor. Di Aceh disebut murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di Sumbawa disebut kawona. Sedangkan orang-orang Minang mengenalnya dengan nama munggai. Nama latin Moringa oleifera Lam Nama Umum : Indonesia: Kelor, limaran (Jawa), Inggris: Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree

Belajar Online Budidaya Kelor Hingga Pemrosesan