Bibit Kelor yang saya tanam di pot kecil 2 minggu lalu, rata-rata tingginya sudah lebih dari 15 cm, meskipun ada juga yang ‘kacentet‘ lias telat tumbuh. Sejak awal, saya memang bermaksud membudidayakannya secara oraganik sehingga memang saya hindari menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia. Saya mengandalkan bagian tanaman Kelor itu sendiri sebagai pupuk dan obat hama penyakit. Daunnya saya jadikan pupuk cair dan akarnya saya jadikan pestisida.
Menurut banyak literatur, tanaman Kelor memang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen. Bahkan, perbandingannya sampai berkali-kali lipat dari produk lain yang sejenis. Benarkah ? saya belum membuktikannya karena baru aja tadi pagi saya buat pupuk cair dari daun Kelor. Pupuk cair itu saya berikan dengan cara disemprotkan ke daun dan batangnya.
Cara membuatnya sangat gampang, yaitu siapkan air 1 liter dan masukan satu sendok makan penuh serbuk daun Kelor, lalu aduk sampai benar-benar larut. kalau punya blender bisa juga dipakai, bisa lebih cepat dan lebih baik hasilnya.
Setelah benar-benar larut, dicirikan dengan warna cairan yang hijau pekat, masukan ke dalam botol dan simpan. Selamat, Anda sudah berhasil membuat pupuk cair kelor. 🙂
Cara menggunakannya, cukup campur 100 ml pupuk cair Kelor dengan 1 liter air (perbandingan 1 : 10), lalu semprotkan ke daun dan batang tanaman sampai basah kuyup 😀 dan menetes ke media tanamnya. Tapi daun Kelor itu seperti daun talas, air tidak akan menempel pada permukaan daunnya, jadi yang saya lihat batangnya aja.
Waktu pemberian sebaiknya pagi hari menjelang siang, soalnya kata para pakar, saat itu permukaan daun dapat menyerap butiran air sehingga bisa lebih efektif pemberian pupuk cairnya.
Hasilnya ? ya ‘ntar saya laporkan 2 minggu lagi … 😀 Tapi, biar gak penasaran bertanya-tanya, emang bisa ??? Saya akan tulis beberapa hasil peneliian dan literatur tentang penggunaan Kelor dalam upaya meningkatkan hasil produksi pertanian. Ditunggu ya 😀
Janjinya dah saya penuhi nih, Kelor, Hormon Pertumbuhan Tanaman